Menciduk Banjir Sepanjang Hari, Menguras Hati Sepanjang Sungai
Hanya sekali waktu banjir merupa keberuntungan. Kita berdua
tidak perlu repot-repot masuk ke kolong dipan bersama sapu
dan lap pel, yang gagangnya sering patah saat anak-anak belajar
menyambung harapan hidup, yang paling setia menemaninya
sekolah di hari jumat atau kapanpun dia membasahi kaki meja
ruang kelas.
Selebihnya dia menciptakan cita-cita kita tinggal di rumah
setinggi menara masjid kota, tinggi dan suara pertengkaran
“anak kita harus belajar di sekolah atau harus jadi tekong”
tidak akan didengar tetangga. Jeritan anak kita yang justru
ingin jadi buruh konveksi pun tidak akan terdengar. Mereka
hanya akan dengar cerita kita sukses merawat anak, setelah itu
mereka meniru cita-cita dan cara kita berdamai dengan banjir.
Dengan cita-cita dan cara hidup seperti itulah kita saling bahagia.
Pejabat bisa fokus cari cara menambal hutang kampanye. Kita pun
bisa hidup tenang di mimpi tanpa alarm menyambangi tetangga
setiap lima menit sekali.
__
Catatan:
Tekong adalah sebutan untuk pemimpin kapal, pengemudi atau nahkoda.