Stuktur Cerita Solid, Topik Dekat dengan Pembaca

Nuno Yusuf
3 min readNov 20, 2022

--

Tampak depan novel Gagal Menjadi Manusia

Novel Gagal Menjadi Manusia menceritakan usaha Oba Yozo berbaur dengan manusia lain melalui lawakan. Oba Yozo membentuk karakter pelawak sejak kecil, dan dia terus memperkuat karakter itu sampai membuatnya dikenal sebagai lelaki humoris. Banyak orang menyukainya karena dia pribadi yang menyenangkan, penurut, baik, pintar dalam akademik dan seni, dan good looking.

Orang-orang pun ingin mempunyai takdir seperti Oba Yozo yang lahir dan besar dalam keluarga aristokrat. Akan tetapi, dia sendiri justru merasa takdir orang lain lebih beruntung. Oba Yozo merasa hidupnya lebih berat dan penuh aib, bahkan dia membayangkan ada sepuluh gumpalan malapetaka dalam dirinya dan jika tetangganya harus menanggung salah satunya saja, itu cukup untuk mencabut nyawanya (halaman 17).

By the way, banyak yang mengatakan kalau Oba Yozo merupakan cerminan diri Dazai Osamu selaku penulis Gagal Menjadi Manusia. Kisah keluarga, pendidikan, asmara, hingga keputusan hidup yang gila antara Oba Yozo dan Dazai Osamu memiliki banyak kemiripan.

Saya suka novel semi autobiografis ini dari segi struktur seperti warna tokoh serasi, sudut pandang kaya, gaya penceritaan detail dan runut, peralihan alur rapi, topik penceritaan dekat dengan banyak pembaca (saya rasa), dan isi pengantar penerbit.

Ada banyak tokoh di dalam novel tipis ini, seperti Oba Yozo (tokoh utama), Horiki, kakak lelaki sulung-pembantu-ayah-ibu, Takeichi, Tsuneko, dan masih banyak lagi. Warna tokoh-tokoh tersebut tampak jelas, meskipun beberapa tokoh perempuan yang dekat dengan tokoh utama memiliki warna yang mirip.

Dazai Osamu menceritakan hubungan tokoh utama dan tokoh-tokoh lain secara detail, fokus, tidak bertele-tele, dan runut. Perasaan dan pemikiran-pemikiran atau kondisi kejiwaan Oba Yozo pun diceritakan secara jelas dan runut dalam tiga bab dengan sudut pandang yang kaya.

Pada bab Catatan, penulis bernama asli Tsushima Tsuji itu menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai tokoh utama. Pemilihan sudut pandang ini membuat saya bisa memainkan dua peran ketika membaca, yaitu sebagai Oba Yozo dan sebagai teman curhat pilihan seseorang yang mirip dengan tokoh utama itu.

Oba Yozo yang sangat bermasalah itu membuat saya penasaran dengan pandangan masyarakat sekitar terhadapnya. Maksud saya, apakah tidak ada satu pun orang yang bisa mengendus luka dalam Oba Yozo, selain perempuan yang sempat membuatnya menjadi diri sendiri secara alami meskipun hanya satu malam.

Penasaran saya itu terpuaskan pada bab Epilog, bab yang menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai tokoh sampingan. Sudut pandang demikian juga digunakan Dazai Osamu pada bab Prolog. Bab Epilog menceritakan tentang Oba Yozo di mata orang yang pernah menolongnya, dan penulis (kemungkinan Horiki) tokoh Aku yang digerakkan Oba Yozo untuk menceritakan tentangnya bermodalkan jurnal harian dan foto.

Sudut pandang yang kaya ini membuat saya bisa menerawang lebih jelas tentang pandangan penulis terhadap diri sendiri dan kehidupannya (karena Dazai Osamu sebagai tokoh anime Bungou Stray Dogs benci dengan luka tetapi hobi bunuh diri, dan begitu pula yang terjadi pada Oba Yozo — tokoh yang dianggap sebagai cerminannya), serta harapan kepada pembaca karyanya.

Keunggulan lain dari novel yang memberi suasana mencekam sejak awal ini yaitu pengerjaannya yang hati-hati. Saya melihat hal itu dari bagian pembuka novel yang diisi dengan tanggapan dari seorang psikiatri, profesional kesehatan mental. Bagi saya, tanggapan psikiatri dalam Gagal Menjadi Manusia bernilai positif karena cerita, vibes, diksi dalam novel ini bisa memicu kegelisahan ataupun trauma para pembaca, dengan kata lain karena profesi yang memberi tanggapan dan topik novel memiliki keterkaitan.

Kesehatan mental menjadi topik besar novel ini. Apabila dikerucutkan, novel ini menceritakan seseorang yang mengutamakan kepentingan orang lain karena merasa takut dan sia-sia untuk menyatakan pandangannya sendiri hingga akhirnya tidak mengenali dirinya sendiri. Masalah itu kelihatan jelas sejak Dazai Osamu menceritakan Oba Yozo tidak tahu sensasi lapar, alasan melawak, sampai tidak bisa menyelesaikan suatu masalah yang akhirnya menjadi aib paling besar sepanjang hidupnya.

Saya tidak tahu waktu yang tepat bagimu untuk membaca novel terjemahan tipis ini, tetapi yang pasti ialah baca novel ini ketika kamu punya banyak energi dan tidak sedang lewah pikir. Jika kamu kekurangan energi atau pengalaman burukmu muncul di ingatan lagi saat membaca, coba ikuti kutipan berikut.

Jika setelah membaca (Gagal Menjadi Manusia) ini, teman-teman terasa sangat mengganggu, saya sarankan teman-teman ambil jarak dan ambil waktu sejenak untuk beristirahat (halaman 5).

Identitas Buku

Judul : Gagal Menjadi Manusia

Penulis : Dazai Osamu

Penerjemah : Asri Pratiwi Wulandari

Terbitan : Penerbit Mai, Maret 2020

Ketebalan : 156 halaman; 19 cm

ISBN : 978–623–7351–30–6

--

--